Sejarah Kerajaan Asahan menggambarkan perjalanan panjang sebuah kerajaan yang berpusat di Tanjungbalai, Sumatera Utara, Indonesia. Peristiwa penting dalam sejarah kerajaan ini dimulai pada tanggal 27 Desember 1620, ketika Sultan Abdul Jalil dinobatkan sebagai raja pertama Kerajaan Asahan. Tanggal ini kemudian dijadikan sebagai "Hari Jadi Kota Tanjungbalai" sebagaimana ditetapkan oleh DPRD Kota Tanjungbalai pada tahun 1986. Dengan penobatan Sultan Abdul Jalil, dimulailah masa pemerintahan yang berlangsung selama beberapa abad hingga masa Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah pada tahun 1933.
Asal usul nama "Tanjungbalai" sendiri berasal dari sebuah kampung yang terletak di sekitar ujung tanjung di muara Sungai Silau dan Sungai Asahan. Kampung ini semakin berkembang dan ramai dikunjungi karena letaknya yang strategis sebagai bandar kecil yang menjadi tempat singgah orang-orang yang bepergian ke hulu Sungai Silau. Dengan berjalannya waktu, kampung ini dinamai "Kampung Tanjung", yang kemudian dikenal sebagai "Di Tanjung". Ditemukannya kampung Tanjung ini kemudian menjadi awal terbentuknya negeri yang semakin berkembang dan diatur pemerintahannya.
Penobatan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan menandai dimulainya sejarah pemerintahan kerajaan di Tanjungbalai. Dari catatan sejarah, terdapat delapan raja yang memimpin Kerajaan Asahan, dimulai dari Sultan Abdul Jalil hingga Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah. Perkembangan Kota Tanjungbalai sebagai pusat pemerintahan kerajaan terus berlanjut seiring dengan berdirinya perkebunan di daerah Sumatera Timur, termasuk daerah Asahan.
Perkebunan-perkebunan ini membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi kota Tanjungbalai. Kota ini menjadi penting sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk bagi hasil perkebunan untuk diekspor. Kehadiran perkebunan-perkebunan ini juga menarik penduduk Eropa untuk menetap di Tanjungbalai, yang pada saat itu juga menjadi tempat kedudukan Assisten Resident van Asahan dan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan.
Pada tahun 1917, Gementee Tanjungbalai didirikan berdasarkan Besluit G.G. No. 284, yang kemudian menjadi penting sebagai landasan pembangunan kota Tanjungbalai. Dalam perkembangannya, pada tahun 1956, nama Gementee Tanjungbalai diganti menjadi Kota Kecil Tanjungbalai, dan walikota pun menjadi jabatan yang terpisah dari Bupati Asahan. Selanjutnya, dengan UU No. 1 Tahun 1957, namanya kembali diganti menjadi Kotapraja Tanjungbalai. Sejak itu, kota Tanjungbalai telah dipimpin oleh sejumlah kepala daerah yang berbeda.
Perkembangan Kota Tanjungbalai terus berlanjut dari tahun ke tahun. Kota ini menjadi tujuan berdagang dan tempat tinggal bagi pendatang dari berbagai tempat. Namun, sebelum diperluas, kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1987, batas wilayah Kota Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 Km².
Seiring dengan perkembangan tersebut, desa dan kelurahan pun dimekarkan menjadi lebih banyak. Perkembangan ini juga diikuti dengan perubahan status desa menjadi kelurahan. Saat ini, Kota Tanjungbalai terdiri dari 6 kecamatan dan 31 kelurahan. Kota Tanjungbalai terletak di antara 2° 58' LU dan 99° 48' BT, dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan batas-batas yang telah ditetapkan.
Melalui perjalanan sejarah panjang Kota Tanjungbalai, Kota Tanjungbalai telah menjadi salah satu kota yang penting dan berkembang di Sumatera Utara. Perkembangannya tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga mencakup aspek sosial, ekonomi, dan politik, menjadikannya sebagai pusat kegiatan ekonomi dan budaya yang penting di daerah tersebut.