Libas.id - Sabtu pagi itu, Jl. Gambas di Kelurahan Siumbut Baru, Lingkungan IV, bergemuruh oleh sorakan dan tawa riang. Tepat di Lapangan Gang Keluarga 1, para pemuda berkumpul, bukan hanya untuk merayakan hari kemerdekaan, tetapi juga untuk menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan yang telah menjadi nafas bangsa ini. Ikatan Pemuda Karya (IPK) Ranting Kelurahan Mutiara, bersama Pemuda Kelurahan Siumbut Baru Lingkungan IV dan Pemuda Kelurahan Mutiara Lingkungan VI, berkolaborasi dengan Maxim, menggelar berbagai kegiatan untuk menyemarakkan peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-79.
Arianto, yang didaulat menjadi Ketua Panitia perayaan tahun ini, tampak sibuk mengatur jalannya acara. Bersama Ramadoni, Ketua IPK Ranting Kelurahan Mutiara, mereka berdua memastikan setiap detail kegiatan telah siap menyambut para peserta yang mulai memadati lapangan. Saat ditemui oleh media, Arianto menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak sekadar untuk merayakan hari kemerdekaan, tetapi juga sebagai ajakan kepada masyarakat untuk senantiasa mengingat dan memupuk rasa persatuan, kesatuan, dan persaudaraan.
“Kami melihat antusiasme yang luar biasa dari masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka berbondong-bondong datang untuk berpartisipasi dan memeriahkan acara ini,” ujarnya dengan penuh semangat.
Ramadoni pun menambahkan bahwa esensi dari kegiatan ini terletak pada kebersamaan.
“Dalam rangka memeriahkan kegiatan 17 Agustus ini, yang terpenting adalah kebersamaan. Kita harus saling menjaga, mengisi, dan memaknai arti kemerdekaan ini, sehingga kita bisa menghargai jasa para pahlawan yang telah gugur demi kemerdekaan Republik Indonesia,” tutur Ramadoni dengan mata yang berbinar.
Gelaran 17 Agustus tahun ini tak hanya dipenuhi oleh semangat kompetisi, tetapi juga kehangatan kebersamaan. Berbagai lomba khas perayaan kemerdekaan digelar, mulai dari lomba makan kerupuk yang diikuti anak-anak dengan riuh rendah semangat, hingga balap karung yang membuat semua penonton terpingkal-pingkal melihat para peserta berusaha melompat cepat dalam balutan karung yang kedodoran.
Ada juga lomba estafet air, yang menuntut kerja sama tim yang solid untuk memindahkan air dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan tangan sebagai alat estafet. Kegiatan unik lainnya seperti panjat debok pisang, jepit balon, dan pecah jarum balon juga menjadi sorotan yang tak kalah menarik. Dan tentu saja, puncak dari segala lomba—panjat pinang dan tarik tambang—menyita perhatian dan energi seluruh peserta.
Panjat pinang, dengan segala kesulitannya, menjadi simbol dari perjuangan panjang untuk meraih kemerdekaan. Setiap tim yang berjuang memanjat pohon pinang yang licin adalah representasi dari semangat pantang menyerah yang ditanamkan para pahlawan bangsa ini. Sementara itu, tarik tambang menjadi manifestasi dari kekuatan persatuan, di mana kekompakan dan kerjasama menjadi kunci kemenangan.
Hiruk-pikuk perayaan 17 Agustus ini bukan hanya menjadi ajang perlombaan, tetapi juga menjadi panggung di mana setiap peserta bisa merasakan dan memaknai kembali arti perjuangan, semangat gotong royong, dan kebersamaan. Di tengah-tengah canda tawa, ada rasa syukur dan penghormatan yang mendalam terhadap mereka yang telah berkorban demi kemerdekaan bangsa ini.
Saat matahari mulai turun, acara pun perlahan-lahan mencapai akhirnya. Wajah-wajah lelah namun bahagia terlihat di mana-mana. Di tengah suasana yang mulai sepi, satu hal yang pasti—perayaan ini bukan hanya sekadar selebrasi tahunan, melainkan perwujudan dari rasa cinta terhadap tanah air, yang tak pernah pudar, bahkan setelah 79 tahun kemerdekaan diraih.