Libas.id - Malam itu, di sebuah sudut Kota Asahan yang tenang, sekelompok mahasiswa dari berbagai organisasi berkumpul di Café Kaula Muda di Jalan Hamka. Mereka bukan sekadar nongkrong biasa. Pada Jumat, 16 Agustus 2024, hanya sehari sebelum peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-79, mereka datang dengan misi yang lebih besar—membahas nasib demokrasi yang kini menjadi sorotan di tengah masyarakat.
Kelompok ini, yang dikenal sebagai Cipayung Plus Asahan, terdiri dari perwakilan mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH). Mereka bersatu dalam sebuah pertemuan yang tidak hanya merayakan kemerdekaan, tetapi juga menghidupkan kembali semangat perjuangan demi keutuhan bangsa.
Ketika ditanya oleh wartawan mengenai kegiatan ini, Alwi Tandjung, Ketua Kelompok Cipayung Plus Asahan, dengan bangga mengucapkan, “Dirgahayu Indonesiaku yang ke-79 tahun. Pada momen kemerdekaan ini, Cipayung Plus Asahan tetap komitmen membawa misi ke-ummatan dan ke-Indonesiaan.”
Semangat para mahasiswa ini terasa menyala-nyala, seolah meresapi semangat juang para pendahulu mereka. Konsolidasi yang mereka lakukan malam itu menghasilkan beberapa pandangan penting. Alwi Tandjung menyampaikan bahwa kelompok Cipayung Plus di Kabupaten Asahan akan tetap berperan sebagai mahasiswa intelektual organik yang mampu membangun demokrasi yang bermartabat. Mereka bertekad tidak akan terjebak dalam narasi kebebasan yang justru berpotensi memecah belah persatuan.
“Kami percaya dan yakin pada Pancasila. Pancasila memiliki rasa ketuhanan, yaitu rasa di mana jika kita mencintai Tuhan, kita juga mencintai sesama ciptaan-Nya. Hal ini terejawantahkan dalam nilai kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sesuai dengan sila-sila dalam Pancasila,” ucap Alwi Tandjung.
Pancasila bagi mereka bukan sekadar ideologi negara, melainkan jalan tengah yang mampu menjadi alternatif antara ideologi liberal dan komunis. Alwi mengingatkan kembali tentang peran Pancasila dalam sejarah, khususnya dalam Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Peristiwa monumental itu, di mana Indonesia yang baru berusia sepuluh tahun mampu menempatkan dirinya di kancah dunia, adalah bukti nyata bahwa bangsa ini punya potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam tatanan dunia baru, dengan Pancasila sebagai dasarnya.
Dalam pertemuan tersebut, kelompok Cipayung Plus Asahan juga membahas beberapa poin penting terkait dinamika bangsa saat ini, terutama menjelang pemilihan kepala daerah. Mereka menyadari bahwa dalam suasana politik yang semakin panas, berita bohong, narasi yang memecah belah, dan politik identitas semakin marak. Para politisi, demi meraih suara, tak segan-segan menggunakan cara-cara kotor yang mengancam keutuhan bangsa. Oleh karena itu, kelompok ini berkomitmen untuk berperan aktif dalam menjaga pesta demokrasi, memastikan bahwa pemilu di Kabupaten Asahan berlangsung dengan jujur, adil, dan damai.
“Kami yang tergabung dari Cipayung Plus Asahan harus tetap memberikan sumbangsih pemikiran guna membangun Kabupaten Asahan yang lebih baik lagi. Dinamika politik yang sedang terjadi di Asahan tentu menjadi bunga-bunga dalam proses perpolitikan. Kelebihan pemerintahan harus kita pertahankan, dan kekurangannya menjadi tugas bersama untuk mewujudkan Asahan yang lebih baik,” tambah Alwi.
Mereka juga menyinggung tentang masalah narkoba yang masih menjadi momok di Kabupaten Asahan. Alwi dan rekan-rekannya merasa bahwa ini adalah masalah serius yang harus diselesaikan bersama, terutama dengan peran aktif mahasiswa dalam mengedukasi masyarakat, khususnya kaum milenial, tentang bahaya penyalahgunaan narkotika. Di sisi lain, mereka juga menekankan pentingnya pengawalan yang ketat terhadap proses Pilkada yang sebentar lagi akan digelar. Semua pihak harus bahu-membahu untuk menciptakan pemilu damai, menjadikan Kabupaten Asahan sebagai kabupaten percontohan di Sumatera Utara dalam menjalankan proses demokrasi.
Sebagai penutup, Alwi kembali menegaskan komitmen mereka. “Sekali lagi, kami tegaskan bahwa misi bersama kami, Cipayung Plus Asahan, adalah tetap berkomitmen untuk membawa misi ke-ummatan dan ke-bangsaan secara utuh sebagaimana yang telah dituang oleh para founding father bangsa ini.”
Dengan semangat kemerdekaan yang menggebu-gebu, Cipayung Plus Asahan bersiap menghadapi tantangan di depan mata. Mereka berdiri teguh, siap menjadi garda terdepan dalam menjaga demokrasi dan merawat persatuan di Kabupaten Asahan. Di malam itu, di Café Kaula Muda, sekelompok mahasiswa telah menunjukkan bahwa perjuangan demi bangsa dan negara masih berlanjut, bahkan setelah 79 tahun kemerdekaan.