Libas.id - Halo, Sobat Pembaca! Pernahkah kalian membayangkan bagaimana kehidupan para sultan dan tokoh penting di Sumatera Utara pada masa lalu? Pada tahun 1926, ada momen bersejarah di Medan yang melibatkan para sultan dari berbagai wilayah serta para tokoh penting lainnya, termasuk pemuka Tionghoa dan pejabat Belanda.
Pada 8 Februari 1926, beberapa sultan dari Sumatera Utara berkumpul dalam sebuah pertemuan besar yang mempertemukan Sultan Deli, Sultan Langkat, dan Sultan Serdang dengan para pemuka dari etnis Tionghoa serta pemerintah Belanda. Dalam pertemuan ini, terlihat jelas bagaimana pengaruh para sultan masih sangat kuat di wilayah ini, meski mereka hidup berdampingan dengan para pejabat kolonial dan pemuka lokal.
Tokoh-tokoh utama dalam pertemuan tersebut antara lain Abdul Aziz Abdul Jalil Rakhmat Syah, Sultan Langkat yang memimpin dari tahun 1893 hingga 1927. Selain itu, ada juga Sultan Sulaiman Syariful Alam Syah yang juga memerintah di Langkat hingga tahun 1946. Sementara itu, Sultan Deli pada waktu itu adalah Amaluddin Al Sani Perkasa Alamsyah, yang menjadi pemimpin Kesultanan Deli mulai dari tahun 1924 hingga 1945.
Baca juga: Menggali Sejarah Kejayaan Tembakau di Sumatera Utara
Tak hanya para sultan, pertemuan ini juga dihadiri oleh Khoe Tjin Tek, seorang pemuka Tionghoa yang sangat dihormati. Tokoh lainnya adalah Tengku Alang Yahya, penguasa Asahan yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, menambah kesan bahwa ini bukan sekadar pertemuan biasa.
Momen ini menjadi cerminan penting dari bagaimana para pemimpin lokal, baik dari kalangan bangsawan maupun komunitas lain, berinteraksi dengan pemerintah kolonial di Sumatera Utara. Pertemuan ini sekaligus mengingatkan kita tentang dinamika politik dan sosial di Medan pada masa lalu.
Semoga dengan mengingat momen-momen bersejarah ini, kita dapat lebih menghargai warisan budaya dan sejarah yang dimiliki oleh tanah Sumatera Utara.