Peta Kuno Tahun 1730 Buka Sejarah Kepulauan Sunda dan Kepulauan Sunda Kecil

Peta Kuno Tahun 1730 Buka Sejarah Kepulauan Sunda dan Kepulauan Sunda Kecil

Libas.id - Halo Sobat Pembaca! Kali ini kita akan membahas salah satu peninggalan sejarah menarik dari masa lalu, yaitu peta kuno yang diterbitkan pada tahun 1730 di Amsterdam. Peta ini menggambarkan Kepulauan Sunda, yang meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan, serta Nusa Tenggara, dan dibuat oleh seorang kartografer bernama Isaak Tirion. Mari kita kupas lebih dalam mengenai peta ini dan apa yang bisa kita pelajari darinya.


Kepulauan Sunda: Gambaran Geografis pada Masa Lalu

Pada masa itu, orang-orang Eropa, terutama Belanda, memiliki pandangan yang berbeda mengenai Nusantara. Wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia bagian barat lebih sering disebut sebagai "Kepulauan Sunda." Nama ini mencakup pulau-pulau besar seperti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Nusa Tenggara, yang meliputi Bali hingga pulau-pulau di timur Indonesia, disebut sebagai "Kepulauan Sunda Kecil."

Peta kuno Kepulauan Sunda dan Kepulauan Sunda Kecil ini dipenuhi dengan detail geografis dan nama-nama tempat yang dianggap penting oleh para penjelajah dan penguasa Eropa pada masa itu. Karena Pulau Jawa relatif lebih kecil dibandingkan Sumatera dan Kalimantan, nama-nama tempat di Jawa sering kali ditempatkan di bagian luar pulau karena ruang di dalam pulau sudah penuh.


Tiga Wilayah Utama di Jawa

Di Pulau Jawa, terdapat tiga wilayah utama yang disebut dalam peta ini: Bantam, Batavia, dan Mataram. Ketiganya memiliki peran penting dalam sejarah kolonial di Jawa. Bantam adalah salah satu kerajaan besar yang dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah pada masa itu. Batavia, yang sekarang kita kenal sebagai Jakarta, adalah pusat pemerintahan kolonial Belanda di Nusantara. Sementara Mataram, mewakili Kesultanan Mataram, menjadi salah satu kerajaan yang dominan di Jawa Tengah hingga sebagian besar Jawa Timur.

Menariknya, peta ini tidak hanya menyebutkan tempat-tempat besar tetapi juga memberi gambaran mengenai pentingnya kota-kota pelabuhan dan pusat perdagangan di Pulau Jawa, yang pada saat itu menjadi magnet bagi bangsa-bangsa Eropa.


Sumatera dan Kalimantan di Peta 1730

Beranjak ke Sumatera, peta ini menyoroti wilayah Achen (Aceh) dan beberapa nama lainnya yang tidak secara khusus mengacu pada kesultanan tertentu. Aceh dikenal sebagai salah satu kerajaan Islam terkuat pada masa itu dan memiliki peran strategis dalam perdagangan internasional, terutama untuk rempah-rempah dan komoditas lainnya.

Di Kalimantan, peta ini mencantumkan beberapa nama menarik, seperti Ryk van Borneo (Kerajaan Borneo), Succadana, dan Banjar Massin (Banjarmasin). Salah satu hal yang unik dari peta ini adalah penyebutan "Woeste Kust," yang berarti "pantai liar" untuk beberapa bagian pesisir Kalimantan. Selain itu, peta ini juga menandai wilayah barat daya Kalimantan sebagai "Mahometanen," yang merujuk pada kawasan Muslim. Istilah ini sangat jarang digunakan pada peta-peta lainnya, menjadikannya salah satu detail yang unik dari peta ini.


Pengaruh Peta dalam Sejarah

Peta seperti ini tidak hanya berfungsi sebagai panduan navigasi, tetapi juga menjadi alat politik dan ekonomi. Pemetaan wilayah-wilayah Nusantara oleh bangsa Eropa merupakan bagian dari upaya untuk mengendalikan perdagangan dan eksplorasi di kawasan ini. Nama-nama yang dicantumkan pada peta sering kali mencerminkan kepentingan Eropa dalam menguasai pusat-pusat kekayaan alam, terutama rempah-rempah yang sangat berharga pada masa itu.

Bagi bangsa Belanda, penguasaan atas pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan berarti menguasai jalur perdagangan internasional. Sementara bagi masyarakat lokal, peta-peta ini mungkin tidak terlalu dikenal, namun dampaknya sangat besar terhadap perkembangan politik dan ekonomi di Nusantara.


Baca juga: Peta Kuno Tahun 1690 dari Italia Berisi Pembagian Nusantara dalam Tiga Wilayah


Menyusuri Jejak Sejarah Melalui Peta Kuno

Peta kuno dari tahun 1730 ini memberi kita wawasan tentang bagaimana orang-orang Eropa memandang dan membagi Nusantara pada masa lalu. Dari pembagian wilayah di Jawa, penyebutan kota-kota penting di Sumatera dan Kalimantan, hingga penggunaan istilah unik seperti "Mahometanen," peta ini memperlihatkan detail-detail yang menarik tentang sejarah Nusantara.

Melalui peta ini, kita juga bisa melihat bagaimana kolonialisme dan perdagangan internasional membentuk pandangan dunia tentang Nusantara. Banyak nama tempat yang tercantum di peta ini masih ada hingga sekarang, meskipun beberapa telah berubah seiring perkembangan zaman.


Penutup

Bagi Sobat Pembaca yang tertarik dengan sejarah Nusantara, peta kuno Kepulauan Sunda dan Kepulauan Sunda Kecil ini adalah salah satu jendela untuk melihat masa lalu. Peta ini bukan hanya sekadar gambar geografis, tetapi juga mencerminkan interaksi antara bangsa-bangsa Eropa dengan wilayah yang kaya akan sumber daya dan budaya.

Dari Jawa hingga Kalimantan, peta ini memberi kita gambaran bagaimana Nusantara menjadi pusat perhatian dunia pada abad ke-18. Semoga artikel ini bisa menjadi inspirasi untuk terus menggali sejarah dan melestarikan warisan budaya kita!

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form